Rapamycin: Bakteri Misterius di Pulau Paskah Sebuah Kunci untuk Keabadian ?
Rapamycin adalah bakteri misterius yang ditemukan di Pulau Paskah. Beberapa ilmuwan mengatakan ia bisa menghentikan proses penuaan dan menjadi kunci keabadian. Para ilmuwan masih mencari mitos air mancur awet muda yang legendaris.
Meskipun penelitian terbaru jelas menunjukkan bahwa Rapamycin memiliki senyawa potensial anti-penuaan, itu bukanlah tanpa risiko dan para ahli tidak yakin apa hasil dan efek sampingnya yang akan terjadi untuk penggunaan jangka panjang.
Bakteri Rapamycin pertama kali ditemukan pada tahun 1964, ketika sebuah tim 40 dokter dan ilmuwan mengikuti Kapal Angkatan Laut Royal Canadian H.M.C.S. Cape Scott di Halifax, Nova Scotia menuju Pulau Paskah. Tujuan mereka adalah untuk mempelajari pada sekelompok orang, yaitu : keturunan, lingkungan, dan penyakit umum, yang tinggal di bagian terpencil dan unik di dunia ini.
Ketika para ilmuwan tiba, tidak ada yang menduga, temuan ekspedisi Kanada yang paling berharga ini berasal dari bakteri yang berlindung dibalik sampel tanah Pulau Paskah.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak itu dan kini para ilmuwan mulai menyadari potensi sesungguhnya dari bakteri Rapamycin ini.
Studi menunjukkan bahwa aktivitas antijamur Rapamycin bahwa senyawa ini tidak hanya sebagai imunosupresan kuat, tetapi juga bisa menjaga sel untuk bertambah banyak.
~ Imunosupresan: agen yang dapat menekan atau mencegah respon imun. Imunosupresan digunakan untuk mencegah penolakan organ transplantasi dan untuk mengobati penyakit autoimun seperti psoriasis, rheumatoid arthritis, dan penyakit Crohn.~
Potensi obat, yang mengikat protein FKBP12 dan mTOR, telah ditemukan untuk membantu melawan tumor, menghentikan sel kanker membelah diri dan sel menyebar juga dapat membantu mengatur penolakan organ pada kasus pasien transplantasi.
Lebih jauh, agen ini dapat memblok protein mTOR yang memberi sinyal informasi gizi.
Obat ini telah terbukti memanjangkan umur dan memperbaiki kondisi penuaan. Para peneliti umur panjang bersemangat meneliti efek menghambat mTOR yang dimiliki manusia.
Pada tahun 2014, Novartis telah melaporkan hasil uji coba di mana 200 orang lanjut usia telah mengambil pil yang mengandung plasebo atau salah satu dari tiga dosis everolimus rapalog selama penggunaan enam minggu. Kemudian, setelah dua minggu beristirahat, peneliti perusahaan memberi semua peserta penelitian vaksin flu dan kemudian melihat respon kekebalan tubuh mereka. Subyek yang menggunakan dosis terendah everolimus tampaknya melakukan yang terbaik, yang diukur dengan adanya antibodi flu dalam darah mereka.
Namun, meskipun hasilnya positif, para ahli khawatir tentang efek jangka panjang, seperti yang telah ditunjukkan ia bisa menjadi racun.
Brian Kennedy, presiden dan chief executive officer dari Institut Buck untuk Penelitian Penuaan, mengatakan pada C & EN :
“Saya pikir bukan khasiat rapamycinnya. Melainkan efek toksisitasnya yang dikhawatirkan semua orang.
“Yang luar biasa dengan Rapamycin adalah alam telah menghabiskan jutaan tahun untuk menyempurnakan molekul ini.
“Ini tidak dioptimalkan untuk yang kita inginkan, yaitu mengobati penyakit atau memperlambat penuaan-tapi ia sangat sangat baik pada apa yang digunakan, dan jika kita bisa mengoptimalkan dengan cara yang lebih baik, saya yakin ada kesempatan yang sangat menarik.”
Banyak penelitian yang harus terus dilakukan sebelum kita mengatakan bahwa Rapamycin benar-benar aman untuk digunakan dan kita dapat menjadi abadi.
Sumber :