Penduduk yang tinggal di sekitar Kepulauan Solomon, Pasifik Selatan, memiliki kebiasaan unik: meneriaki pohon. Mereka melakukannya bila menjumpai sebuah pohon yang berakar sangat kuat sehingga sulit ditebang. Maka mereka meneriakinya supaya pohon itu mati.Setiap hari, selama berjam-jam, para penduduk meneriakinya keras-keras. Hal ini terus berlangsung hingga kira-kira 40 hari lamanya.
Apa yang terjadi setelah masa itu, sungguh menakjubkan! Perlahan-lahan dedaunan pohon itu mulai mengering. Kemudian, dahan-dahannya mulai rontok. Lama-lama, pohon itu mati dan kini mudah ditebang.Penduduk primitif di Kepulauan Solomon telah membuktikan bahwa teriakan terus-menerus pada makhluk hidup tertentu, seperti pohon, bisa membuatnya mati karena “rohnya” sudah meninggalkannya.
Ternyata, sebuah teriakan punya kekuatan. Dan teriakan negatif, tentu memuat dorongan negatif pula. Dampak yang paling membahayakan: mematikan!Pernahkah Anda berteriak kepada orangtua Anda, anak Anda, pasangan hidup Anda (suami/istri), saudara sekandung (kakak/adik), rekan kerja, atau orang-orang terkasih Anda lainnya?Kepada anak-anak Anda, mungkin Anda pernah meneriakkan kata-kata ini: “Ayo cepat! Dasar lambat! Bodoh banget sih! Begitu aja nggak bisa dikerjakan?! Janganmain-main di sini! Berisik!”Atau, mungkin Anda pun pernah berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati: “Suami/istri seperti kamu nggak tahu diri! Nggak bisa apa-apa! Aduuuuh, kok kampungan banget sih!?”Atau, teriakan guru pada anak didiknya, atasan pada bawahan, pemimpin pada timnya: “Goblok, persoalan mudah begitu saja, nggak bisa! Kapan kamu jadi pintar?!”
Ingatlah! Setiap kali Anda berteriakpada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka, ingatlah apa yang ditunjukkan olehpenduduk Kepulauan Solomon tadi. Mereka membuktikan kepada kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai “mematikan roh” pada makhluk hidup atau orang yang kita cintai.