Kita seringkali merasa diperhatikan sosok yang ada di luar jangkauan pandangan mata. Selain indera keenam, ternyata kinerja mata punya penjelasan tersendiri.
Kita semua pasti pernah merasa seseorang memperhatikan kita, meski dalam kondisi tak melihat langsung ke mata sosok tersebut. Terkadang ada kemampuan dalam diri kita untuk melihat objek yang ada di luar jangkauan pandangan.
Namun bagaimana caranya kita menjelaskan fenomena ini tanpa mencampurkan unsur di luar ilmu pengetahuan seperti kemampuan indera keenam?
Mata adalah merupakan jendela untuk melihat jiwa kita. Tidak mengejutkan jika mereka begitu tertarik membicarakan hal tersebut.
Otak manusia diprogram untuk mengunci pandangan. Hal itu menunjukkan bahwa adanya penyebaran kerja jaringan dalam otak yang hanya didedikasikan untuk memproses sebuah tatapan.
Sebelumnya, para ilmuwan telah mengidentifikasi dan menemukan respon pada kelompok khusus dalam jaringan otak kera, terutama ketika mereka tidak melakukan tatapan langsung pada sejenisnya.
Kita juga seringkali terikat dengan persepsi tatapan. Terdapat sebuah mekanisme yang bekerja untuk mendeteksi mata dan pergerakan perhatian kita. Diketahui bayi yang baru lahir, berusia dua hingga lima hari, lebih suka untuk memandang wajah dengan tatapan langsung.
Bukan hanya otak yang secara khusus bekerja untuk menggambarkan sebuah tatapan. Mata kita tanpa terkecuali juga terbentuk untuk menangkap perhatian dan dengan mudah mengungkapkan arah tatapan tersebut.
Ada area di sekitar pupil mata berukuran besar dan seluruhnya berwarna putih. Keberadaannya memudahkan kita untuk melihat arah tatapan seseorang. Keadaan yang kontras justru dimiliki oleh hewan.
Pupil mata hewan hampir mencakup seluruh wilayah bola matanya. Hal tersebut dianggap sebagai bagian dari adaptasi, dimana ia menyamarkan matanya dari para predator. Dengan begitu, mereka akan mampu menyembunyikan arah tatapan dari hewan yang berpotensi menjadi pemangsa.
Tatapan mata manusia dioptimalkan untuk memudahkan pendeteksian. Seringkali kita menggunakannya ketika seseorang melihat ke arah kita. Contohnya, jika seseorang duduk berseberangan dengan kita di kereta, kita akan mampu menerima arah tatapan mereka tanpa harus melihatnya secara langsung.
Bagaimana dengan perasaan ketika seseorang di luar cakupan pandangan kita, seperti seseorang yang dibelakang, tengah memperhatikan kita? Apakah sensor seperti itu sungguh benar terjadi?
Sejumlah penelitian menemukan 94 persen orang-orang melaporkan pernah mengalami perasaan seolah ada mata yang memandangi mereka. Ketika membalikkan badan, mereka menemukan bahwa ada seseorang yang memang tengah melihat mereka.
Bias memori ikut bermain dalam fenomena ini. Jika kita merasa seperti tengah diperhatikan, dan membalikkan tubuh untuk memeriksa sosok yang tengah melihat kita, kemungkinan mereka menyadari pergerakan tubuh kita dan secara reflek menatap kita. Ketika mata kita saling bertemu, kita kemudian berasumsi bahwa sosok tersebut sedang memperhatikan kita. Situasi ini seringkali terjadi ketimbang ketika kita membalikkan tubuh dan menemukan tak ada seorang pun yang melihat ke arah kita.
Jika suatu hari kita berpikir bahwa seseorang yang tak terlihat tengah memperhatikan kita, mungkin saja pikiran tengah mempermainkan kita, meskipun rasanya begitu nyata.
Sumber :
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/09/penjelasan-ilmiah-di-balik-perasaan-diawasi-seseorang