Para arkeologi percaya, ada orang-orang masa lampau yang mencoba untuk menganut pemikiran perdamaian. Kota kuno Harappa dan Mohenjo-daro membuktikannya.
Kota kuno Mohenjo Daro, Sindh, Pakistan. Ekskavasi para ahli arkeologi telah mengungkapkan sebuah jalan dengan sistem selokan dan pipa saluran air rumah tangga yang mendukung kehidupan 40.000 orang.
Pergerakan kelompok hippie tahun 1960-an mungkin gagal untuk membawa perdamaian ke dunia seperti yang diimpikan oleh banyak warga dunia. Namun para arkeologi percaya, ada orang-orang yang hidup di masa lampau mencoba untuk menganut pemikiran utopia tersebut.
Ditulis dalam New Scientist, Andrew Robinson, penulis buku Indus: Lost Civilizations, mempersembahkan bukti yang menunjukkan adanya kelompok masyarakat di Asia Selatan yang tidak memiliki pemimpin ataupun mengalami peperangan.
Peradaban Desa Indus secara ekstrem membentuk peradam semacam itu. Dengan permukiman yang berada di garis Sungai Indus, mengular dari Dataran Tibet hingga Laut Arab. Di sana terdapat dua kota terkenal yang diketahui bernama Harappa dan Mohenjo-daro.
Ekskavasi yang dilakukan mengungkapkan sebuah jalan dengan sistem selokan dan pipa saluran air rumah tangga yang mendukung kehidupan 40.000 orang. Standarisasi berat dari prasasti diperkirakan telah mereka gunakan sebagai uang dan telah menyebar hingga Timur Tengah. Hal itu memperkuat adanya hubungan dagang internasional.
Kemajuan paling hebat yang dihasilkan oleh peradaban Indus adalah merealisasikan pemikiran liberal dan ideal. Hal itu terbukti dari kurangnya penemuan senjata bergaya militer yang menandakan peradaban itu bebas dari perang.
Pada waktu yang sama, tidak ditemukan istana atai kuil yang menjadi tanda-tanda dari kekuasaan. Di luar itu, persamaan menjadi karakteristik terbesar di kota-kota Indus, yang menggambarkan warganya hidup dalam tingkat kesejahteraan yang merata.
Banyak pertanyaan yang belum terjawab dan mengundang ilusi dari adanya perdamaian, masyarakat egalitarian. Para arkeolog belum mampu untuk memecahkan misteri, karena panyak akademisi yang tak dapat menerjemahkan teks dalam bahasa Indus.
Kurangnya bukti makam membawa banyak petunjuk yang mengarah pada ketiadaan pemimpin yang mengatur kehidupan di Indus. Neil MacGregor, mantan direktur British Museum, mengatakan bahwa masyarakat peradaban itu lebih banyak melakukan kremasi ketimbang menguburkan mereka yang meninggal.
Indus diketahui menghilang sekitar 4.000 tahun yang lalu, dan penyebab hancurnya peradaban itu tidak diketahui sepenuhnya. Banyak yang percaya perubahan iklim menjadi penyebabnya, berdasarkan rekaman geologi yang mengindikasikan adanya kekeringan besar sekitar periode itu.
Sumber :
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/09/peradaban-ini-hidup-damai-tanpa-raja-dan-perang