Misteri tentang ‘Hall of Records’, sebuah hall yang pernah terdapat dalam ajaran Horus, Dewa Langit Mesir adalah merupakan misteri abadi yang mengundang penasaran banyak manusia di Bumi.
Dikatakan bahwa “Jika tingkat kesadaranmu mencapai vibrasi yang merupakan vibrasi ‘Lagu Penciptaan’, maka Hall of Records akan terbuka bagi pikiranmu”. Ribuan tahun manusia tidak memahami apapun yang dimaksud dalam metafora tersebut, beberapa ahli arkeologi pernah meneliti Giza, mereka mengindikasikan bahwa yang dimaksud sebagai ‘Hall of Record’ yang disebut oleh Horus adalah sebuah bangunan yang terletak diluar piramida itu sendiri, terkubur dalam tanah, tetapi ruangan ini tidak pernah dapat dibuktikan sebagai Hall of Record yang dimaksud.
Begitulah jika pengetahuan manusia telah salah kaprah, maka seluruh analogi atau metafora apapun akan diinterpretasikan secara bentuk fisik, sedangkan apa yang dimaksud tidak selalu berbentuk fisik, maka apapun itu, tidak akan pernah ditemukan secara fisik.
Apa yang dimaksud sebagai Hall of Records adalah apa yang dikenal dengan istilah Akashik dalam bahasa Sansekerta, berarti ‘angkasa’, bukan sebuah tempat fisik, tetapi berada pada dimensi berbeda yang hanya bisa dicapai dengan pikiran, bukan tubuh fisik.
Hall of Record adalah sebutan yang digunakan Horus untuk menggambarkan sebuah alam pikiran yang berada pada dimensi diatas kenyataan normal kehidupan manusia pada umumnya, ini harus diinterpretasikan dengan sangat teliti.
Dikatakan bahwa Hall of Records menyimpan semua ingatan kehidupan, dan semua ingatan tentang alam semesta, dari proses penciptaan sampai dengan berkembang, dan apapun yang akan terjadi pada masa depan dapat diakses disini.
Menyerupai sebuah perpustakaan virtual berisi data – data tentang sejarah, masa ini, ingatan pikiran semua manusia dan makhluk hidup, serta pola yang menggambarkan apapun yang akan terjadi pada masa depan.
Tetapi banyak orang terkecoh dengan istilah yang digunakan dalam analogi – analogi yang pernah diajarkan Horus kepada manusia, istilah dimensi adalah salah satu yang menjadi polemik yang sulit dipahami, karena manusia terlalu terbiasa menggunakan patokan fisik, yang ada adalah hanya apapun yang terlihat, sedangkan ada kenyataan – kenyataan lain yang berada dalam pikiran, dan itu tidak bisa terlihat mata, tetapi ingatan itu ada, di suatu alam yang entah bagaimana harus menggambarkannya dalam kata – kata, ini yang sebenarnya dimaksud sebagai Hall of Records / Akashik.
Apa yang dimaksud ‘dimensi’ adalah merupakan lapisan – lapisan kenyataan yang terbentuk dari vibrasi – vibrasi frekuensi berbeda, ini terbentuk dari awal alam semesta terjadi.
Teori Big Bang adalah salah satu teori fisika modern yang menjelaskan hal ini dengan lebih jelas, penggambaran sederhananya adalah, pada saat Big Bang terjadi, semua aliran energi dan materi bergerak secara spiral, dengan pola multiplicity yang dikenal dengan sebutan ‘Fibonacci’, dan terciptalah banyak sekali alam / realm berbeda. Perbedaan realm ini terjadi karena pergerakan dari energi dan materi yang memiliki massa berbeda – beda, pergerakkan mereka menghasilkan vibrasi dan perpaduan vibrasi yang berbeda, ini dasar terjadinya lapisan – lapisan kenyataan berbeda dalam alam semesta.
Ini yang dikenal dengan istilah ‘dimensi’, dimensi adalah lapisan kenyataan, dari keseluruhan kenyataan yang terjadi pada alam semesta. Teori fisika konvensional tidak menjelaskan ini, baru teori – teori modern yang mulai mengacu kepada pemahaman ini, maka temuan – temuan fisika saat ini jauh lebih maju dibanding masa sebelumnya.
Ada sebuah buku menarik untuk menjelaskan tentang dimensi, judulnya “Science & Akashik Fields”, karya dari DR. Ervin Laszlo, PhD, ia seorang profesor filosofi. Teorinya menjadi salah satu teori pencerah bagi ilmu pengetahuan untuk menggambarkan dimensi, dan Ervin mendapat Nobel karena karya besarnya ini.
Dimensi dimana manusia berada di Bumi saat ini, adalah dimensi 3, dimensi bentuk, semua terdiri dari material yang padat, oleh karena itu disebut sebagai fisik. Dimensi ke 4, adalah merupakan alam astral, penjelasan sederhananya adalah alam yang berisi emosi, ilusi, dan distorsi (transisi bentuk), alam ini disebut sebagai ‘sub conscious’, (dalam Upanishad disebut alam mimpi), hanya pikiran / ilusi yang masih terikat pada bentuk fisik.
Sedangkan apa yang dimaksud sebagai dimensi ke 5 adalah, alam etheric, alam kebenaran spiritual pikiran, alam ini hanya berisi pikiran yang sudah tidak terikat pada bentuk fisik apapun, tidak ada separasi apapun, semua adalah energi murni alam semesta yang menyatu dengan energi – energi lainnya, seperti sebuah ‘lautan energi’.
Analogi paling mudah untuk menggambarkan ini adalah sungai, sungai memiliki identitas, ada namanya, Cisadane, Citarum, dan lain – lain, ada pembatasnya, pembatas fisiknya adalah batasan dengan daratan. Pada saat sungai Cisadane memasuki lautan luas, apakah anda bisa menyebutnya sebagai Cisadane? Tidak ada Cisadane disana, kita sudah tidak bisa membedakan aliran air mana yang dari Cisadane, Citarum dan sebagainya, itu hanya lautan luas, berasal dari aliran air dari banyak sekali sungai.
Sungai adalah bentuk fisik, aliran air adalah energinya, lautan adalah penggambaran dari kondisi dimensi 5, tanpa separasi apapun, dimensi ke 4 bisa dianalogikan sebagai muara, dimana terjadi perubahan dari air sungai menuju lautan, muara adalah alam tersendiri yang berbeda dengan alam sungai, berbeda juga dengan alam lautan, ia alam transisi, Cisadane di muara masih ada identitasnya walaupun bentuknya sudah mulai menyatu dengan lautan luas.
Pikiran manusia adalah energi tanpa bentuk, maka ia tidak terbatas pada ruang dan waktu, berada pada kondisi multi-dimensi, bisa berada pada dimensi manapun. Apa yang dimaksud Horus sebagai Hall of Records, adalah bukan sebuah tempat yang terletak pada alam dimensi 3, Hall of Records adalah sebuah kumpulan dari pikiran – pikiran yang telah kembali ke kondisi spiritual (dimensi 5), tanpa terikat bentuk, tanpa separasi, dan tanpa terikat waktu, maka semua pengetahuan ini adalah abadi.
Yang dimaksud Horus sebagai Hall of Records adalah alam dimensi pikiran spiritual yang di Asia dikenal dengan sebutan Akashik, orang – orang Indian menyebutnya sebagai Virachoca (pusat alam semesta), sebuah realm yang hanya ada dalam bentuk pikiran / energi, maka tanpa mencapai tingkat pikiran ini, kita tidak akan pernah menemukan apa yang dimaksud sebagai Hall of Records di piramida Giza.
Tanpa peneliti arkeologi memahami tentang dimensi, maka mereka tidak akan menemukan apapun yang dimaksud dalam mitologi tentang Horus, Hall of Records.
Lalu mengapa ada beberapa temuan baru pada bangunan yang berada diluar piramida Giza yang diindikasikan sebagai Hall of Records?
Dalam buku yang ditulis Graham Hancock dan Robert Bauval, “Messages From The Sphinx”, mereka menyebutkan bahwa ada sebuah konspirasi dari pemerintah Mesir dan Amerika yang mencegah mereka meneliti lebih dalam tentang Hall of Records, dalam penelitian sebelumnya, mereka telah menemukan adanya bangunan bawah tanah yang terletak diluar piramida Giza, beberapa ilmuan mengindikasikan ini sebagai ciri – ciri dari Hall of Records.
Penelitian ini berdasarkan pada tulisan kuno dari Herodotus, Yunani yang menyebutkan bahwa ada sebuah hall besar yang berisi pengetahuan, “Ia terletak sedikit diatas danau Moiris, berseberangan dengan danau tersebut, ada sebuah kota yang disebut sebagai kota buaya” (Herodotus, Buku Kedua).
Tetapi dalam penjelasan di bab lain di buku tersebut, Herodotus juga mengungkapkan bahwa “….piramida itu sendiri adalah diluar dari penjelasan kata – kata”. Apa yang Herodotus sebutkan adalah sebuah tempat, tetapi kemudian ia juga menyebutkan bahwa semua ini tidak dapat dijelaskan dengan kata – kata apapun, penggambaran ini menjelaskan pada hal yang tidak terbatas, tidak tergambarkan oleh kata – kata apapun.
Apa yang pernah diteliti oleh Graham Hancock dan Robert Bauval adalah sebenarnya bukan Hall of Records yang dimaksud, tetapi merupakan sebuah terowongan bawah tanah yang tersambung dengan piramida, sejarah tentang ini diungkapkan oleh Plato, ia mengatakan bahwa terowongan ini adalah peninggalan Atlantis, tetapi dalam beberapa penelitian sejarah, yang dimaksud Plato sebagai Atlantis lebih merujuk pada ciri Lemuria.
Lepas dari itu peninggalan Atlantis atau Lemuria (tidak ada catatan valid tentang itu), siapapun yang membangun terowongan ini adalah memiliki tujuan yang sangat jelas, mereka bermaksud meninggalkan pengetahuan yang berasal dari dimensi ke 5, untuk dapat dimengerti oleh bahasa dimensi ke 3, dituangkan dalam bentuk rumus matematika, gambar, dan prasasti tulisan kuno, mereka gambarkan semua pengetahuan ini pada dinding dari terowongan yang sangat luas.
Semua sejarah dunia, alam semesta dan manusia ada pada prasasti ini, sepanjang koridor terowongan. Siapapun yang membuat terowongan ini adalah nenek moyang manusia yang bermaksud sangat jelas untuk dengan sengaja mencatat sejarah alam semesta dalam bentuk rumus dan bidang geometri yang dapat diinterpretasikan manusia untuk menemukan makna dari pesan tersebut, Graham Hancock dan Robert Bauval adalah dua orang dari sekian banyak peneliti yang tidak dapat menyelesaikan penelitian mereka karena selalu dihalangi oleh pemerintah Mesir, dengan alasan apapun yang tidak rasional, jika interpretasi dari pesan berhasil dilakukan, maka sebenarnya sejarah dunia dan alam semesta, termasuk proses penciptaan terungkap dengan jelas.
Terowongan ini juga tersambung dengan beberapa bangunan yang berada di sepanjang barat sungai Nil, dibangun sebelum benua mereka mulai tenggelam. Para pemimpin spiritual tinggi membangun 12 kuil yang merupakan pusat pendidikan spiritual dan esoteris, disebut sebagai “Esoteric School of Higher Wisdom”, pembangunan ini terjadi dalam era yang disebut sebagai masa kejatuhan manusia (The Fall of Men).
Tujuan dari pembangunan kuil – kuil ini adalah untuk mempertahankan pemahaman spiritual yang berasal dari dimensi 5 agar dapat tetap dipelajari manusia, sehingga pada saat kejatuhan, mereka tetap dapat belajar dan kembali ke tingkat kesadaran spiritual yang seharusnya. Total masa pendidikan di kuil – kuil yang mereka bangun memakan waktu lebih dari 24 tahun pelajaran, dengan materi pertama adalah yang disebut sebagai ajaran “Mata Kiri Horus”, penguasaan pikiran dengan fokus pada otak kanan, menguasai emosi untuk mencapai tingkat spiritualitas tertinggi dengan intuisi dan instinct.
Materi berikutnya adalah ajaran “Mata Kanan Horus”, penekanan kepada Sacred Geometry, atau pola geometrik alam semesta, dengan fokus pada teori penciptaan. Para pengikut dari ajaran – ajaran dari kuil – kuil ini kemudian disebarkan ke seluruh dunia untuk tetap mengajarkan ini kepada manusia, maka muncullah berbagai ajaran spiritual kuno manusia yang tetap berkembang sampai dengan saat ini.
Shamanisme, Buddha, Hindu, Asatru, Wicca, Akasha, semua memiliki dasar ajaran – ajaran dari Esoteric School of Higher Wisdom, semua menggunakan pola materi pengajaran yang sama. Pada saat tenggelamnya benua Mu dan Atlantis, kuil – kuil ini terkubur bersama bencana besar, dan akhirnya ditemukan kembali sisa – sisa dari bangunan tersebut, bangunan ini yang diduga sebagai Hall of Records oleh para peneliti sejarah.
Hall of Records adalah metafora, ia tidak berbentuk bangunan apapun, Hall of Record adalah ingatan – ingatan yang ada pada ‘kesatuan pikiran’, terletak di alam dimensi ke 5, hanya dapat diakses melalui pikiran yang telah kembali ke sifat energi murni.
Mata kiri Horus adalah melambangkan Horus sebagai ‘manusia’, penggunaan otak kanan menempatkan pikiran pada kesadaran alam semesta dengan fokus kepada penggunaan intuisi manusia. Sederhananya, mata kiri Horus melambangkan manusia yang mampu menguasai pikirannya kembali ke sifat hakiki sebagai makhluk spiritual, bukan makhluk fisik, memandang alam semesta dalam pandangan manusia dengan tingkat kesadaran alam semesta.
Mata kanan Horus adalah melambangkan penggunaan otak kiri, fokus kepada pola matematis dan logika, pola alam semesta digambarkan dalam pola matematis, pola ini adalah pola penciptaan alam semesta. Sederhananya, mata kanan Horus melambangkan pandangan tentang alam semesta dari alam semesta itu sendiri, mempelajari bagaimana untuku memanifestasikan kenyataan melalui pola geometrik alam semesta.
Jika seseorang mampu memfokuskan pikiran dengan menggunakan otak kanannya, maka itu cukup untuk menjadikan ia bijaksana dan obyektif, tetapi ia belum tentu selalu bisa menjelaskan proses alam semesta secara logika manusia, jika seseorang mampu memfokuskan pikiran dengan penggunaan otak kiri, maka ia akan menjadi orang yang sangat logis, tetapi akan terjebak pada logikanya sendiri, karena alam semesta berada diluar dari keterbatasan logika pikiran.
Tapi jika seseorang mampu menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanannya, maka ia akan mampu memanifestasikan apapun, dan ia mampu mengakses Hall of Records karena pengetahuan itu adalah milik alam semesta, maka siapapun yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari alam semesta, ia mampu mengakses semua pengetahuan itu.
Ini sebenarnya inti dari ajaran Horus tentang Hall of Records, keseimbangan pikiran untuk pencapaian tingkat spiritual tertinggi, maka siapapun yang mencapai keseimbangan ini, ia akan menjadi Boddhisatva, terlepas dari semua ikatan hukum – hukum alam semesta, kembali ke kemurnian energi alam semesta.
Via – David Devanta.
Leave a Reply