*BANJIR PAGARSIH DAN LENYAPNYA SITU AKSAN DI BANDUNG*
Pada kasus banjir Pagarsih, sungguh aneh dgn logika masyarakat Bandung _yang selalu “hanya” menyalahkan pembangunan di daerah Utara yang dianggap sebagai salah satu faktor penyebab banjir di bawahnya_
Mereka lupa, bahwa air banjir di Pagarsih hanya mencari kembali wadah alamiahnya yang sekarang tinggal nama, yaitu *Situ Aksan* – sebuah danau dan rawa alamiah, yang hingga limapuluh tahun yang lalu masih jadi salah satu obyek wisata di Bandung.
Sekarang Situ Aksan, nyaris tak berbekas, karena konon pelan-pelan menyusut, mengering, dan akhirnya menjadi bangunan hunian, pabrik, dan berbagai fasilitas publik lainnya. Padahal dulu orang bisa berlayar di tengah-tengah danau.
Situ Aksan pun menjadi penampung air bagi wilayah di sekitarnya saat musim hujan seperti, kawasan Pasirkoja, Holis, maupun Pagarsih.
Situ Aksan adalah jejak danau Bandung purba, yang oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut dijadikan kawasan konservasi. Pada zaman kolonial dikenal dengan nama Westerpark. Adapun jalan yang ada diberi nama Westerparkweg (sekarang Jalan Suryani). Situ Aksan bagi kolot baheula pernah menjadi objek wisata favorit hingga era 1950-1960.
Jadi, bila sekarang banjir terjadi demikian dahsyat, jangan mudah menyalahkan anomali cuaca, hujan yang ekstrim, atau apa pun. Karena itu hanya semakin menunjukkan kita makin kurang arif dan justru memusuhi alam lingkungan kita.
Alam selalu bersikap adil, ia punya logikanya sendiri. Air yang jadi banjir itu, dan berkali-kali membuat mobil-mobil mengapung hanyut seolah sampah jalanan hanya sebuah penanda bahwa air juga punya jalannya sendiri.
Air sebagai sumber kehidupan manusia, hanya ingin menunjukkan apa dan dimana tempat yang pernah menjadi rumahnya.
*Dan….. entah orang Bandung kiwari masih beranikah mengembalikannya lagi?*
( ditulis oleh Pak Hardjono, mantan pejabat BPN )