Mengenang Tragedi Sinila, Bencana Nasional yang Jarang Diketahui Masyarakat Indonesia.
Kawasan Dieng dari dulu memang terkenal dengan keindahan alamnya yang sangat menakjubkan. Selain udaranya yang sejuk, di kawasan yang termasuk daerah vukanis aktif di Jawa Tengah ini juga memiliki pesona lain, seperti terdapat beberapa candi Hindu sampai dengan sensasi seperti sedang berada di negeri di atas awan.
Namun, dari keindahan alam Dieng tersebut, ada 2 tempat yang sangat berbahaya, yaitu Kawah Sinila dan Kawah Timbang yang berada di antara Desa Batur, Desa Sumberejo dan Desa Pekasiran, Kecamatan batur. Keduanya dilarang untuk dikunjungi siapapun karena sering mengeluarkan gas beracun.
Bahkan, pada hari Senin, tanggal 20 Februari 1979 silam, ada insiden yang terkenal dengan nama “Tragedi Sinila” pernah terjadi di daerah tersebut. Sayangnya, tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui akan tragedi yang menelan korban lebih dari 100 orang itu.
Menurut kesaksian beberapa penduduk sekitar yang selamat dari tragedi itu mengisahkan bahwa pada tanggal 19 Februari 1979 telah terjadi gempa di sekitar Kawah Timbang. Gempa kembali terjadi pada tanggal 20 Februari 1979 sekitar pukul 01.55, 02.40 dan 04.00 WIB di sekitar pegunungan Dieng.
Sekitar pukul 05.04 WIB, Kawah Sinila meletus hebat dan mengeluarkan lahar sekitar 15.000 kubik. Pada pukul 06.50, kawah baru Sigluduk yang terletak 250 meter dari sebelah barat Kawah Sinila mulai mengeluarkan asap tebal. Sontak saja, warga Desa Kepucukan langsung berlarian menyelamatkan diri untuk menghindari bencana tersebut.
Sayangnya, karena kurang koordinasi dan pengetahuan mengenai penanggulangan serta apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana, justru ratusan warga berusaha menyelamatkan diri ke arah barat yang mana di tempat tersebut ada Kawah Timbang yang juga sedang mengeluarkan gas beracun CO2 dan H2S akibat dari letusan Kawah Sinila itu.
Saat menyeberangi desa, gas beracun sudah terlanjur menyeruak dan satu persatu warga bertumbangan dan tewas di lokasi. Menurut data yang diperoleh dari berbagai sumber, ada 149 warga yang tewas karena menghirup gas beracun.
Bahkan, para warga dan regu penolong yang mencoba mengevakuasi korban juga mengalami hal yang sama, yaitu menghirup gas beracun sehingga membuat mereka seperti tercekik. Tidak sedikit dari mereka yang pingsan setelah menghirup gas beracun itu.
Menurut para relawan, mayat-mayat korban paling banyak ditemukan di sekitar SDN Kepucukan (SD Inpres). Dari 149 orang yang tewas itu terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. Didapati pula beberapa hewan ternak yang kemungkinan ikut dibawa menyelamatkan diri namun akhirnya bernasib sama seperti tuannya.
Mayat warga yang telah ditemukan tersebut dikumpulkan di tiga lokasi berbeda, yaitu di kawedanan Batur yang sekarang menjadi rumah dinas Camat, Koramil batur dan Masjid Batur.
Pada tanggal itu, ada sekitar 15 ribu yang berasal dari 6 desa yang berdekatan dengan zona bahaya diungsikan untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang bakal terjadi lagi. Dikarenakan hal tersebut, Pemerintah Indonesia menetapkan Tragedi Sinila tersebut sebagai bencana nasional.
Sumber :