Sepak terjang Hashashin, sebuah organisasi bawah tanah ini memiliki kiprah yang sangat disegani di Jazirah Arab. Bahkan, aksi-aksi penyusupan yang mereka lakukan ini beberapa kali mengancam nyawa lawannya.
Nama mereka menebar teror selama ratusan tahun. Sebagian menganggap sosoknya setengah hantu dan manusia. Siapa sebenarnya mereka?
Hashashin dikenal sebagai kelompok Martir, atau manusia yang siap mati. Biasanya, mereka merupakan pendatang atau relawan dari berbagai kerajaan. Berdirinya kelompok ini tak lepas dari meletusnya Perang Salib Pertama.
Organisasi mayoritas Muslim Syiah ini merupakan kelompok kepercayaan Nizari Ismailis yang khawatir dengan kedatangan Pasukan Salib. Di saat bersamaan, Ismailis juga terganggu dengan pesatnya penganut Muslim Sunni yang jumlahnya melebihi penganut Syiah.
Adalah Hassan-i Sabbah, pemimpin sekaligus tokoh pertama dalam kelompok ini. Dia merupakan pemimpin di Alamut, sebuah kota independen yang berlokasi di barat daya Iran. Hassan menyadari, musuhnya tak hanya kerajaan Islam Sunni, tapi juga kamu Kristen yang menguasai bagian pesisir barat Timur Tengah.
Selama berada di Alamut, dia mengembangkan ajarannya dan doktrin untuk mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Di kota inilah pertama kalinya terbentuk kelompok pembunuh berdarah dingin. Layaknya sebuah pasukan elite, anggota Hashashin ini diwajibkan memiliki sejumlah kemampuan istimewa, mulai dari pengintaian maupun penyusupan, bahkan membunuh secara mengerikan.
Hassan membentuk unit bernama Rafiqs dan Lasiqs. Dari kedua nama itu, Lasiqs kemudian dikenal sebagai pembunuh yang paling ditakuti, bahkan mereka dijuluki ‘Fidai’, (Fedayin) agen yang rela mengorbankan dirinya. Inilah kelompok teror pertama di dunia.
Dari beberapa sumber disebutkan, untuk merekrut orang-orang yang setia itu, Hassan mencecoki para pemuda dengan ganja, atau dikenal dengan nama Hasish. Namun, kisah yang didapat dari penjelajah Eropa, Marco Polo masih menuai perdebatan. Sebab Hassan meninggal dunia pada 1192, sedangkan Marco baru dilahirkan pada 1254.
Setelah membentuk senjata barunya ini, Hassan mulai menyusun perintah pembunuhan. Korban-korbannya sebagian besar adalah politikus maupun jenderal besar di dunia Arab. Meski begitu, Hassan sangat jarang membunuh rakyat sipil, dan memilih menghindarinya.
Kelompok ini kemudian berkembang cukup pesat, bahkan berhasil membangun empat benteng baru. Dua di antaranya berada di barat Alamut, dan dua lainnya berada di perbatasan Suriah dan Kesultanan Seljuk. Salah satunya Masyaf, benteng Hashashin yang sempat dikepung Sultan Mesir Saladin di tahun 1176.
Sejak dibentuk pada 1090, Hashashin menjadi kelompok yang sangat diperhitungkan di dunia Islam, bahkan Barat. Keberadaannya sangat ditakuti oleh siapapun musuh-musuhnya. Hashashin mampu bertahan hingga dua abad sebelum takluk di bawah kekuasaan Pasukan Mongol pada 1273, tak lama setelah Baghdad jatuh.
Saking menakutkannya, kata dalam bahasa Inggris Assasin yang artinya pembunuh, diambil dari Hashashin.
Kisah Hashashin mau bunuh pemimpin besar Islam Saladin al-Ayubi.
Salah ad-Din Yusuf bin Ayyub atau Saladin, merupakan salah satu pemimpin Islam yang paling dikenang dalam sejarah. Kepemimpinan dan keahliannya dalam menyusun strategi membuat kerajaannya berhasil menaklukkan Suriah, Irak bahkan Jerusalem. Keteguhan hatinya pula membuat dia tak segan melepas tawanan perang. Saladin adalah pemimpin Islam yang mengalahkan Pasukan Salib.
Namun, siapa sangka, ketangguhannya dalam memimpin pasukan sempat diwarnai beberapa insiden, seperti percobaan pembunuhan. Meski begitu, lelaki asal Kairo, Mesir ini acap kali lolos dari upaya itu. Rencana membunuh ini dilakukan oleh kelompok Hassashin, sebuah organisasi bawah tanah yang beroperasi di Jazirah Arab.
Percobaan pembunuhan terhadap Saladin dimulai ketika pemimpin Kerajaan Fatimid di Mesir ini memulai kampanye untuk merebut Suriah. Tindakan ini diambil setelah pemimpin Nur al-Din meninggal dunia. Kedatangannya di Damaskus ternyata disambut gembira oleh seluruh penduduknya alhasil Suriah pun menyatakan tunduk kepada kepemimpinan Saladin.
Di balik kemeriahan itu, wali kota Aleppo menyatakan menolak tunduk kepada Saladin dan kesetiaannya kepada Kerajaan Fattimid. Dia lantas memerintahkan Rashid ad-Din, Kepala Hashashin untuk membunuh Saladin. Perintah itu dilaksanakan pada 21 Mei 1176.
Rashid lantas mengirimkan 13 pembunuhnya untuk membunuh Saladin di kemahnya. Namun, upaya ini gagal. Ke-13 pembunuh terdeteksi keberadaannya lalu segera dieksekusi. Meski gagal, namun pemimpin Aleppo tetap menolak kepemimpinan Saladin, setidaknya hingga tahun 1183.
Percobaan pembunuhan tak terjadi sekali itu saja. Usai menyatakan diri sebagai Kalifah atas Baghdad dan resmi menjadi penguasa atas Mesir dan Suriah, seorang pembunuh kembali masuk ke kamarnya. Lelaki asing tersebut membuatnya terbangun dan tengah menghunus pisau. Dalam setengah tidur, Saladin berhasil menghalaunya.
Sesaat kemudian, Saladin kebingungan melihat sebuk kapur yang disebar di sekitar kamarnya tak napak satu pun bekas kaki dari sang penyusup tersebut. Tak mau jiwanya terus terancam, Saladin memutuskan untuk mengepung Benteng Hashashin di Masyaf, yang berlokasi utara Damaskus pada Agustus 1176.
Tak terima markasnya dikepung pasukan Saladin, Rashid kembali mengirim seorang pembunuh untuk menyusup ke kemah Saladin. Kejadian berikutnya ini kembali mengejutkan Saladin. Saat terbangun, dia mendapati pisau kecil yang sudah dilapisi racun di ranjangnya, di baliknya terdapat ancaman yang memintanya untuk menarik mundur pasukan, atau mati.
Menghadapi peristiwa yang kembali mengancam jiwanya ini, Saladin memutuskan untuk menghentikan pengepungan. Meski begitu, dia menawarkan persekutuan dengan Hashashin. Tindakan ini terpaksa diambilnya mengingat keberadaan Pasukan Salib yang tidak menutup kemungkinan merekrut mereka sebagai pembunuh bayaran.
Setelah kejadian itu, tak ada lagi percobaan pembunuhan terhadap Saladin. Dia pun dengan tenang dapat merebut beberapa wilayah lainnya, termasuk Jerusalem yang masuk dalam target untuk tunduk di bawah kekuasaannya.
Sumber :
https://m.merdeka.com/peristiwa/hashashin-kelompok-pembunuh-paling-mengerikan-sepanjang-sejarah.html
https://m.merdeka.com/peristiwa/kisah-hashashin-mau-bunuh-pemimpin-besar-islam-saladin-al-ayubi.html
Leave a Reply