Perang Salib Keempat : Penaklukan Konstantinopel. Bagian-1.
Pada bulan April 1204, tentara Perang Salib Keempat masuk ke kota Konstantinopel dan mulai menjarah, merampok, dan membantai kota metropolitan terbesar di dunia Kristen. Dalam beberapa bulan Paus Innocent III, orang yang pertama kali menyerukan Perang Salib, dengan sengit meratapi banyaknya darah pada pedang Kristen yang seharusnya digunakan pada orang-orang kafir dan menggambarkan ekspedisi tersebut sebagai “contoh penderitaan dan hasil karya Neraka.”
Niketas Choniates, salah satu penghuni kota, mengutuk tindakan Tentara Salib dengan istilah yang sangat buruk: “Sebenarnya, mereka menunjukkan aksi penipuan. Dengan membalaskan dendam Roh Kudus, mereka secara terbuka melawan Kristus dan berdosa dengan menjungkirbalikkan Salib dengan salib yang mereka pikul di punggung mereka, bahkan tidak merasa takut untuk menindas hanya karena rampasan sedikit emas atau perak.
Bagi pihak Tentara Salib itu sendiri, penaklukkan Konstantinopel merupakan kejadian yang menakjubkan. Seseorang menulis: “Kita dapat dengan aman mengatakan bahwa tidak ada sejarah yang bisa menghubungkan keajaiban yang lebih besar dari pada ini sejauh ketika harta rampasan perang yg dikuatirkan …. Hal ini dilakukan oleh Tuhan dan merupakan keajaiban atas semua mukjizat yang ada di depan mata kita.”
Bagaimana bisa terjadi gabungan kekuatan darat dan angkatan laut sebanyak kurang lebih 20.000 orang menaklukkan sebuah kota dengan jumlah penduduk diperkirakan 350.000 jiwa ? Kenyataannya, kombinasi dari serangkaian keadaan politik yang sangat menguntungkan, kemampuan militer dan maritim tingkat tinggi, semangat religius, dan nasib baik memungkinkan Tentara Salib berhasil merebutnya.
Sebelum kita mengeksplorasi alasan di balik kemenangan ini, sangat penting untuk menjelaskan mengapa Perang Salib Keempat terjadi di Konstantinopel. Lebih dari seratus tahun yang lalu, pada bulan November 1095, Paus Urban II telah mengeluarkan seruan pada ksatria Prancis untuk membebaskan kota Yerusalem dari Islam. Sebagai imbalan atas usaha mereka, para pejuang ini akan mendapat pengampunan atas segala dosa mereka.
Terlepas dari religiusitas ksatria dalam waktu yang intens, karena cara hidup mereka, tenggelam dalam dosa; harapan menerima pahala spiritual yang belum pernah terjadi sebelumnya (sehingga menghindari hukuman kekal) dan terus berjuang tentunya sangat memikat. Bagi beberapa pria harapan tanah dan jarahan adalah daya tarik tambahan. Permohonan dari Urban mendapat tanggapan yang antusias, dan sekitar 60.000 orang menghabiskan tiga tahun kedepan untuk berjuang melintasi Asia Kecil menuju Tanah Suci.
Mereka mengalami kesulitan yang mengerikan – kelaparan, serangan musuh, dan penyakit – namun akhirnya, pada tanggal 15 Juli 1099, mereka merebut Yerusalem, pusat keimanan Kristen. Perang Salib Kedua pada tahun 1145 hingga 1149 berakhir dengan sangat hati-hati, dengan orang-orang Kristen meninggalkan pengepungan mereka di Damaskus setelah empat hari yang sia-sia.
Artikel ini ditulis oleh Jonathan Phillips dan tulisan aslinya diterbitkan dalam edisi MHQ pada musim gugur Tahun 2005. Jonathan Phillips adalah pembaca sejarah Perang Salib di Royal Holloway, Universitas London. Artikel ini diadaptasi dari buku terbarunya The Fourth Crusade and the Sack of Constantinople, Viking, 2004.
Bersambung…
Sumber :
http://www.historynet.com/fourth-crusade-conquest-of-constantinople.htm
Leave a Reply