Darimanakah Asal Tradisi Pengurbanan Hewan ?
Apakah maksud dari pengorbanan hewan ? Dalam “The Origin of Sacrifice Israel” pada terbitan Biblical Archaeology Review Bulan November / Desember 2011, William W. Hallo, mantan profesor Yale, mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Hallo menegaskan bahwa praktek ini berasal dari peradaban Mesopotamia yang jauh lebih tua. Demikian juga Peter Leithart menganggap bahwa dalam Kota Ur mungkin menjadi titik awalnya. Pada pertama kali ia menulis, “Kemungkinan bahwa seseorang kadang-kadang pada hampir setiap budaya kuno memutuskan untuk menyembelih hewan adalah cara yang baik untuk menyembah dewa-dewa mereka? Bagaimana mungkin ini akan menjadi praktek mirip yang universal tanpa tradisi, traditio / menyerahkan (pengiriman) upacara kurban? Bukankah fakta akan jauh lebih baik apabila dijelaskan jika kita menganggap bahwa ada interaksi timbal balik, kawin silang, pinjaman dan peniruan, mungkin sebuah pengorbanan Ur dan kurban Ur ? ”
Baik manusia mulai jatuh dalam perangkap cerita umum dengan perintah Abraham dalam Kitab Kejadian 12. Namun dalam kitab Kejadian 4-11 menjelaskan bahwa nenek moyang Abraham adalah dari Nilo-Sahara dan di sanalah kita harus mencari asal usul pengorbanan hewan .
Peradaban yang Hallo dan Leithart rujuk ini pada dasarnya berasal dari budaya Kushite dan Orang-orang Kushite Berasal dari Nilo-Sahara. Kitab Kejadian 10 mengatakan bahwa Nimrod, putra Kush, pindah ke Lembah Sungai Tigris & Eufrat dan mendirikan kerajaan di sana. Ia membawa praktek pengorbanan domba, sapi jantan, dan domba. Abraham adalah keturunan dari Nimrod.
Pengorbanan hewan dilakukan oleh para pendeta dan kasta tertua pendeta adalah orang Hori yang dapat ditelusuri kembali ke Kota Nekhen di Sudan (4.000-3.000 SM).
Pendeta Hori telah mencukur kepalanya seperti yang ditunjukkan (gambar atas) ini pada mosaik Mesopotamia abad ketiga milenium SM. Saudara tiri Musa Korah adalah seorang imam Hori. Namanya berarti “sosok yang dicukur”. Bandingkan pada salah satu gambar di bawah ini seorang pendeta Mesir atau harwa. Har-wa berarti” Horus yang menguasai perairan” (atau menguasai secara universal). Harwa atau Arwa selalu mengacu pada peran imam. Dalam Hausa, misalnya, kata arwa mengacu pada prediksi masa depan yang dilakukan terutama oleh para imam di zaman kuno.
Orang Hori menyebarkan praktik agama mereka dan kepercayaan dari Kota Kush kuno di Mesopotamia hingga keluar. Altar api tertua yang berbentuk elang (gambar ditampilkan di bawah). Totem elang Hor / Horus, yang disebut “Anak Dewa.” Inilah sebabnya mengapa dalam Sutra Shulba disebutkan bahwa “dia yang menginginkan langit untuk membangun sebuah altar api dalam bentuk elang.”
Nilotik atau praktik keagamaan Kushitik disebarkan melalui perantara imam penguasa Hori yang mengendalikan sistem tata air yang pada saat itu wilayah Sahara, Mesopotamia, Pakistan selatan dan India selatan dalam kondisi lebih basah. Imam penguasa ini disebut Hori karena mereka adalah pengikut Horus, anak suci yang pola keturunan Abraham akan mengenali identitas Yesus yang sejati. Orang Hori disebut Hapiru di Akkadia dan Habiru dalam bahasa Kushitik. Kata-kata ini tampaknya terkait dengan Istilah Arab yakburu, yang berarti “yang menjadi besar” dan kedalam awalan aktif intensif :
yukabbiru, yang berarti “semakin membesar”, ini adalah referensi ritual pagi imam Hori yang menyambut matahari terbit dengan doa dan melihatnya menyebar diatas cakrawala. Kemungkinan ini sebuah petunjuk dari ritual pagi dimana matahari diberkati setiap hari di setiap rumah Hindu yang taat dan ritual pemberkatan matahari Yahudi (yaitu Birkat Hachama) yang dilakukan setiap 28 tahun sekali.
Pusat ibadah Hori tertua adalah di Nekhen (di Hierakonpolis) Sudan. Persembahan nazar di kuil Nekhen sepuluh kali lebih besar dari kepala gada normal dan mangkuk yang ditemukan di tempat lain, menunjukkan bahwa ini adalah sebuah kuil yang sangat bergengsi. Imam Hori merapalkan doa untuk Horus di puncak benteng saat matahari terbit.
Dalam dunia kuno, kuil dianggap sebagai gedung (Hait) atau rumah (Piru) dewa. Kuil-kuil dan candi-candi yang selaras dengan terbitnya Matahari dan di antara Bangsa Dravida disebut O-Piru, dengan simbol O yang melambangkan Matahari. Heliopolis (Kota Matahari) terletak di sisi timur Delta Sungai Nil. Yusuf menikah dengan seorang putri dari imam Heliopolis (dalam Alkitab). Hathor, ibu Horus, memiliki kuil utamanya di Dendera dan Memphis sebelah selatan Heliopolis dan di sisi barat Sungai Nil. Kuil-kuil utama Horus berada lebih jauh ke sebelah selatan Nekhen dan Edfu, di sisi barat dari bagian Nil atas. Piramid Giza, Saqqara dan Abusir yang terletak selaras dengan Kota Heliopolis.
Piramid kembar baru-baru ini telah ditemukan di Zinder, Nigeria. Mereka mencerminkan akar keimanan Abrahimik Nilo-Sahara.
Tujuan Hewan Kurban.
Pengorbanan hewan di antara nenek moyang penguasa pendeta Hori bukan muncul untuk menenangkan dewa mereka, atau untuk menawarkan makanan kepada dewa, Ra. Tampaknya tak lain tentang darah itu sendiri yang merupakan simbol kehidupan, regenerasi dan penyembuhan. Itu juga merupakan substansi yang terkait dengan kependetaan. Dalam konteks darah ini adalah sebagai perantara pemurni/pembersih ketika dipersembahkan oleh seorang imam suci. Akar kata Ibrani “thr” = menjadi murni, sesuai dengan Bahasa Hausa / Hahmtoro = bersih, dan hingga ke Bahasa Tamil “tiru” = suci. Semua terkait dengan Bahasa Dravida “tor” = darah. Imam Hori murni/bersih/suci (w’b) sebelum memasuki kuil. Pembersihan tubuh mereka dilakukan dengan mencukur tubuh dan kepala mereka.
Korah, saudara tiri Musa, adalah seorang imam. Namanya berarti “kepala yang dicukur” dan menurut Bilangan 16: 17-18, ia membawa dupa. Hal ini menunjukkan bahwa “kor” dan “tor” mungkin satu rumpun bahasa. Di sini kita menemukan hubungan yang sangat kuno antara darah, kemurnian dan kesucian.
Dr Margaret Barker membuat hubungan antara kemurnian dan penyembuhan dalam artikelnya Atonement : The Rite of Healing. Dia menulis, “Pertobatan diterjemahkan dalam Bahasa Hebrew “kpr”, tetapi makna “kpr” dalam konteks ritual tidak diketahui.”
Namun, dalam sebuah makalah The Temple Roots of the Liturgy, Barker menjelaskan bahwa Kapporeth adalah “tempat pertobatan di kuil, di mana Tuhan bertahta.”
Jika pendahuluan Yudaisme yang ditemukan di antara nenek moyang Hori Abraham sebaiknya kita menilik bahasa Mesir dan Nilo Sahara Kuno untuk petunjuk makna “kpr”. “Pr” mungkin mengacu “Piru”, yang merupakan candi atau kuil. “K” kemungkinan mengacu “Ka”, yang berarti roh, jiwa atau penguasa yang didewakan. Pertobatan kemudian berhubungan dengan imam penguasa istimewa yang berdiri di tempat yang paling suci. Termuat dalam Ibrani 10:12 yang berbicara tentang imam berdiri di altar sampai ia telah menyelesaikan tugasnya. “Tapi ketika imam ini telah memanjatkan sepanjang waktu satu pengorbanan karena dosa, Ia kemudian duduk di sebelah kanan Tuhan.” Di sini sekali lagi kita menemukan petunjuk pada asal-usul harapan Mesianik antara nenek moyang Abraham.
Bacaan Terkait :
Africa is Archaeologically Rich;
Biblical Sheba and Nubians Linked;
Margaret Barker, Atonement: The Rite of Healing;
The Kushite Marriage Pattern Drove Kushite Expansion;
Nimrod Was a Kushite Ruler;
The African Origin of the Dravidians;
Dr. Margaret Barker, Our Great High Priest: The Church is the New Temple
Oleh :
Alice C. Linsley.
Sumber :
http://jandyongenesis.blogspot.co.id/2011/10/origins-of-animal-sacrifice.html?m=1