Menyadari Eksitensi Ruh (Part. 4)
Artikel kali ini akan membahas tentang satu hal penting selangkah menuju kesadaran dan kepekaan yang lebih tinggi dalam spiritual yaitu, mengenal kedalam diri.
Sejauh yang telah kita ketahui bahwa ada dua tipe manusia, yaitu manusia pancaindera, dan manusia sarwaindera. Keduanya sama, yang membedakan adalah cara pandang mereka berbeda sehingga membuat keduanya tidak sama dalam menangkap sesuatu, manusia pancaindera cenderung membutuhkan referensi yang banyak sebanyak-banyaknya sehingga proses evolusi dirinya lebih lambat agar bisa meyakini sesuatu. Sedangkan manusia sarwaindera dengan cara memandangnya yang berbeda, sehingga membuat mereka jauh lebih cepat berevolusi, berkembang dan maju menjadi manusia yang tingkatan spiritualnya lebih tinggi.
Menyadari Kesalahan Tidak Selalu Berasal Dari Orang Lain
Apapun tipe manusia itu tidaklah penting. Bagi Sang Maha Pencipta, siapa saja dari yang paling dianggap bukan siapa-siapa oleh orang-orang ternyata adalah yang paling mulia perbuatannya. Yang terpenting sekarang adalah… bagaimana caranya agar dapat menyadari keeksistensian diri kita di dunia? bagaimana caranya menuju kepada sesuatu yang membuat kita yakin? bagaimana kita menggapai tingkat kesadaran yang lebih sadar lagi?
Dalam part sebelumnya, kita telah berbicara tentang faktor-faktor eksternal yang bisa mempengaruhi kita menjadi cenderung menjauh dari kesadaran, yaitu :
1. Dengan mengetahui bahwa setiap perbuatan akan ada konsekuensinya yaitu adanya hukum karma telah membuat kita terpaksa harus memerintah otak agar mawas diri. Jika kita tidak mawas diri, inilah salah satu faktor yang sangat berbahaya, anda bisa menjadi manusia yang menyukai hal berlebihan -> jadi ketergantungan, mudah emosi -> jadi sulit mengendalikan. Jika diri sudah seperti ini, akan sangat sulit menjernihkan pikiran kembali. Sehingga bisa memakan waktu yang lama tergantung kesadaran objeknya. Apabila kita telah menyadari adanya hukum karma, kita akan menjadi sedikit memerintah kepada otak kita agar berhati-hati memilah-milih perbuatan yang hendak kita perbuat.
2. Menginginkan kehidupan yang lebih baik berawal dari merubah sifat sendiri. Yang sudah baik lanjutkan, yang terasa buruk tinggalkan. Dengan dimulai dari diri sendiri yang melakukan kebaikan, maka akan ada karma positif yang muncul kepada anda. Entah itu berupa energi, kesehatan, materi atau apapun kebaikan yang datang pada anda. Berdamai dengan diri sendiri, menghargai orang lain (bertakzim), adalah awal yang sangat luar biasa untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi.
3. Memandang kejahatan adalah sesuatu yang tidak salah, juga tidak benar. Memandang kejahatan merupakan sesuatu yang tidak luput akan terjadi dimana saja dan pada siapa saja. Memandang kejahatan bukanlah sesuatu yang harus dihindari apalagi dibenci. Memandang kejahatan adalah hal yang wajar tapi bukan diikuti pula. Tapi memandang kejahatan adalah suatu kekurangan. Kekurangan sentuhan kebaikan, kekurangan ilmu pengetahuan, kekurangan kasih sayang, dan kekurangan cahaya. Obat dari sebuah kekurangan adalah menambahkan. Atau kejahatan adalah sebuah ketiadaan. Ketiadaan sentuhan kebaikan, ketiadaan ilmu pengetahuan, ketiadaan kasih sayang, ketiadaan cahaya, maka obat dari ketiadaan adalah kehadiran. Hadapi bukan hindari, dekati bukan acuh, berikan bukan mengambil, dan sayangi bukan dibenci. Apabila anda membalas kejahatan dengan kejahatan lagi, atau mungkin tidak mau peduli, malah menjauhi, anda bisa menjawab sendiri apakah anda sudah bertakzim dengan betul? Karena bertakzim adalah pikiran yang bersih tanpa buruk sangka.
Memang kita telah mempelajari ketiga hal itu, tapi tetaplah ujian tidak akan pernah berhenti diberikan kepada kita walau kita telah menyadari hal-hal tersebut. Terkadang ada saat dimana kita bertanya-tanya karena merasa tidak ada yang menjawab, bertingkah tapi tidak ada yang lihat, berbuat baik tapi tidak ada yang tahu. Ada saat dimana kita kehilangan cahaya yang membuat diri tidak mampu memberikan lagi, dan ada saatnya kita mencapai kesabaran yang kita anggap telah melampaui batasnya. Itulah ujian, sulit untuk sabar, sulit untuk menerima, dan sulit untuk berpikir jernih kembali. Bagaimana caranya agar kita bisa ikhlas kepada yang dirasa sulit tersebut? maka, kita perlu mengetahui dahulu bagaimana ikhlas bekerja. Tapi sebelum membahas hal tersebut, ternyata penyelesaiannya sudah terjawab, lho! Apabila kita memahami kedalam diri dan berpikir, sebenarnya seluruh penyelesaian permasalahan yang kita hadapi itu terkadang butuh proses, dan proses itu awalnya adalah pertanyaan-pertanyaan keluhan dan penghakiman, seperti contoh datang musibah kita pasti berkeluh, “Kenapa ini terjadi pada saya? saya sudah capek!” hingga tiba kata-kata yang menghakimi seperti, “Tidak ada yang sayang pada saya! Bahkan mereka! bahkan Engkau!”.
Jika kita memahami maksud perkataan yang datang dipikiran kita ketika permasalahan muncul, maka :
“Kenapa ini terjadi pada saya?” berarti secara tidak langsung diri anda meminta jawaban kepada alam semesta.
“Tidak ada yang sayang pada saya!” berarti anda meminta sebuah keinginan.
Perkataan adalah doa itu betul. Alam semesta mendengar setiap kecil apapun yang anda ucap. Dan alam akan segera membuat kondisi dimanapun anda berada, alam sekitar anda telah membuat skenario yang berujung kepada apa yang telah anda minta, ucap/ doa. Jawaban atas doa anda tidak akan selalu melalui cara yang anda duga. Tetapi jawaban dari doa anda pasti akan datang. Cepat atau lambat sesuai dengan tatanan skenario yang di program alam tepat pada saat anda mengucap. Kadang-kadang jawaban nya terjadi dalam bentuk perasaan (ketika sedang baper), kenangan (ketika sedang teringat nostalgia/ dejavu), pikiran (ketika sedang mengamati sesuatu), dalam mimpi, dan dalam tindakan acak yang secara tiba-tiba. Anda tidak akan mungkin melewatkan jawabannya, anda akan sadar sendiri karena jika anda belum sadar, alam akan terus membuat skenario bagaimana cara membuat anda menyadarinya. Tidak ada satupun pertanyaan yang tidak di dengar. Mintalah dan kau akan menerima. Hal ini jadi bisa menjelaskan bahwa Tuhan Maha melihat lagi Maha mendengar itu benar apa adanya, karena tidak satupun ruangan di dunia ini yang tidak dipenuhi oleh ruh partikel-Nya. Apa yang berterbangan di udara, apa yang melata di tanah, dan apa yang berenang di air semua memiliki ruh partikel-Nya. Hingga ucapan anda tidak ada satupun yang tidak di dengar. Hanya saja anda harus belajar cara meminta dan menerima seperti contoh permintaan dibawah ini.
“Tolonglah beri saya kesabaran menghadapi cobaan” maka pertolongan pun akan datang.
Apakah anda berpikir pertolongan yang akan datang adalah penyelesaian permasalahannya? atau energi untuk mampu bersabar nya?
Terkadang kita selalu saja tidak puas, sudah mendapat yang kita inginkan tapi tetap tidak bersyukur. Sudah mendapat energi untuk sabar tapi ujian terus tidak berakhir sehingga anda masih merasa doa anda belum terkabul. Apa yang akan dikatakan oleh anda selanjutnya, maka itulah yang akan terjadi dan seterusnya.
Musibah terkadang terjadi akibat ulah manusia nya sendiri. Barangkali kita sering mengucapkan hal-hal buruk tentang suatu tempat, maka benar akan terjadi. Bahkan ketika kita menyumpahi orang lain itu sebenarnya kita telah merengut energi nya dan membuat kerusakan pada sistem tubuh diri sendiri. Jangan sangka jika orang yang telah anda sumpahi tidak tahu, manusia bisa mendeteksi sesuatu yang telah terjadi terhadap dirinya, ada seseorang yang mengucapkan hal buruk, dan mengucapkan hal baik kepada kita. Maka, cara mengetahuinya anda pasti sering sekali mengalami sebuah tekanan yang mendadak entah tiba-tiba waktu sedang berpikir sesuatu, atau sedang membayangkan kejadian tadi pagi misalnya, diri kita pada waktu sedang dalam keadaan itu akan tiba-tiba tidak pernah merasakan segelisah ini (jika ada yang berpikiran buruk pada anda lalu tiba-tiba terbayang wajahnya) atau tiba-tiba jadi sangat berenergi seakan menyikat kamar mandi tengah malam dapat dilakukan dengan sangat ringan (balasan perbuatan kita sendiri terhadap orang lain yang merasa tertolong oleh kita).
Bahkan memikirkan betapa baiknya teman sebangku anda sambil tersenyum-senyum saja itu sudah menyumbangkan energi positif kepada orang yang dimaksud.
Ketika anda membenci, anda telah merengut energi orang lain dan melepas banyak energi anda sendiri ke udara, itu membuat salah satu sistem tubuh anda kekurangan energi dan akan terus kekurangan apabila anda meneruskan untuk membenci. Makanya ketika anda stres, anda akan merasa lelah yang amat sangat. Bukan hanya stres, dan membenci saja, tapi juga ketika marah, anda telah melepas energi anda secara cuma-cuma.
Dan begitulah cara kerja sebuah kejadian itu datang di kehidupan kita, yaitu akibat dari ucapan. Kejadian buruk tidak hanya berasal dari ucapan, walau sebagian besar adalah dari ulah manusia sendiri. Tapi sama hal nya dengan menghadapi orang jahat, menghadapi musibah haruslah dilalui dengan sabar dan tawakal. Tawakal yang berarti percaya kepada Nya bahwa setiap pertanyaan pasti di dengar. Dan ketika anda mengetahui jawabannya, anda sendiri lah yang akan melakukannya, dengan tangan anda sendiri yang akan menyelesaikan permasalahan anda. Jadi, tawakal bukan berarti pasrah tapi menuntut beres semua hanya dengan doa saja, tapi karena anda telah menemukan jawabannya dan anda melakukannya sendiri dengan tindakan.
Akhir kata, Jika sudah tahu akibatnya, apakah anda tetap mau bergosip?
Bersambung…………
Leave a Reply