Diskusi Tentang Katastrofik Purba dan Kebudayaan
Ketika bbrp kawan di WA Group Pendaki Gunung AMC Malang mulai bicara tentang kecurigaan mrk atas masa lalu Bangsa kita yg rasa2nya koq penuh dg kegemilangan budaya tp koq masa kini jadi spt Bangsa kerdil yg tdk punya kebanggaan daya saing apapun di dunia, maka sayapun mengembangkan diskusi ke Katastrofi Purba dan Efeknya pada Budaya sbb.
Bencana dan Peradaban (Tinggi) Indonesia
Andang Bachtiar
AMC-073
Indonesia adalah ajang ketidakstabilan bumi dengan 129 gunung api, separoh dari 95 ribu km pantainya rawan terjangan tsunami, belasan ribu kilometer daratannya disayat-sayat patahan aktif siap bergerak setiap saat. Tidak ada satupun kawasan berpenghuni berpenduduk berdaulat seperti Indonesia ini yang punya ancaman bencana begitu banyak dan bervariasi.
Kalau memang seperti itu karakterisasinya, apakah ini hanya baru terjadi akhir-akhir ini? Tentu saja tidak. Umur penunjaman lempeng-lempeng, pembentukan patahan-patahan besar dan pembentukan gunung-gunung api di Indonesia bukan hanya baru-baru ini. Mereka paling tidak sudah terjadi sejak 45 Juta tahun lalu mulai kala Eosen, berlangsung dengan puncak-puncak katastrofi (penghancuran) di kala Oligosen – penggenangan laut 30-23 juta tahun yang lalu, kemudian letusan-letusan gunung api dan pengangkatan-pengangkatan daratan pada Miosen 15 juta tahun yang lalu, silih berganti hingga ketika manusia dianggap mulai ada 1,5 juta tahun yang lalu (Pleistosen), 150 ribu tahun yang lalu (fossil-fossil Sangiran), letusan super-volcano Toba 75 ribu tahun yang lalu yang memusnahkan hampir 95% spesies di bumi, banjir besar 11-10 ribu tahun yang lalu, letusan Krakatau berkali-kali, Tambora, Rinjani di masa sejarah, kesemuanya menunjukkan bahwa dari dahulu kala sampai sekarang, kejadian-kejadian itu adalah keniscayaan, sunatullah, proses geologi biasa. Karena ada kita, manusia, maka itu semua kita anggap sebagai bencana.
Implikasinya adalah: Indonesia, Nusantara, Zamrud Khatulistiwa kita, yang konon punya potensi luarbiasa sumberdaya buminya (saya bahas di tulisan lain) ternyata juga menyimpan cerita tentang bencana-bencana yang berulang-ulang kejadiannya. Pertanyaannya: lalu kenapa sejarah modern (tertulis) peradaban kita baru dimulai abad ke-4 Masehi? Kerajaan Kalingga, Mulawarman dan sesudahnya: itulah paling jauh nenek moyang yang bisa kita runut asal usulnya dalam tulisan-tulisan sejarah kita. Lalu pada waktu Yesus atau Nabi Isa berkiprah di dunia abad ke 0, ada apakah di Indonesia? Ketika Plato berfilsafat ria abad 8 sebelum Masehi, apakah tidak ada catatan apapun tentang dan di negeri super potensi kita ini? Waktu raja-raja Firaun membangun piramida-piramida megah 3000 tahun lalu di tempat yang susah-susah di padang pasir sana, apakah nenek moyang kita leyeh-leyehan saja tinggal di gua-gua dan tidak melakukan apa-apa?
Bagi saya yang belajar sedikit tentang ilmu bumi, kemungkinan jawabannya adalah: “Kita punya masalalu yang harusnya sama atau lebih hebat dari masa lalu bangsa-bangsa lain di dunia karena keunggulan potensi alam kita. Tetapi karena sifat siklus kebencanaan yang ada maka catatan-catatan dan peninggalan-peninggalan masalalu itu terhapus, terkubur, terpendam oleh letusan gunung api, terjangan tsunami, goyangan gempa dan gelontoran kuburan lumpur longsoran gerakan tanah di mana-mana” . Setiap kali kebudayaan kita maju, ada bencana yang menghancurkannya, kemudian kita mulai mengulangi segalanya dari mula, dari nol, tanpa apa-apa. Tergantung siapa yang survive pada saat bencana itu. Kalau yang selamat pada waktu kebudayaan tinggi kita dilanda bencana itu adalah tukang rumput, maka kebudayaan kita pasca bencana adalah kebudayaan tukang rumput. Kalau yang selamat dari bencana-bencana itu adalah orang-orang yang bersembunyi di gua-gua, maka kebudayaan kita berulang menjadi kebudayaan manusia gua. Dan seterusnya.
Kemungkinan juga ketika Merapi meletus 1000 tahun yang lalu pada tahun 1006 dan mengubur candi Borobudur, kebanyakan arsitek, insinyur sipil dan para perencana yang pintar-pintar juga terkubur semua bersamaan dengan katastrofi purba itu. Yang selamat mungkin tukang bikin cobek yang kebetulan pergi ke Semarang untuk kunjungan ke sanak jauh. Maka ketika dia kembali ke sekitar candi didapatinya semua kehidupan musnah. Maka dimulailah kebudayaan baru Borobudur dari awal, dari membuat ukir-ukiran, cobek, dan patung-patung batu. Tak ada lagi insinyur-insinyur Gunadharma, terkubur semuanya oleh bencana.
Maka perlu juga direnungkan untuk maju ke depan. Apakah memang sebenarnya dari dulu bangsa Indonesia itu sempat berkembang maju beradab berteknologi tinggi tapi kemudian dihapus berulang-ulang catatannya oleh bencana, ataukah memang masa lalu kita adalah: manusia-manusia gua, manusia-manusia jaman batu, bahkan ketika di Mesir orang-orang sudah berlomba membuat bangunan-bangunan megah??
Tugas kita bersama untuk mengurai masa lalu peradaban kita. Tugas para ahli bumi juga, termasuk mengurai bencana-bencana apa saja yang menyebabkan masa lalu kita terkubur di bawah sana atau hangus menguap seperti sia-sia. Pada saat kapan saja bencana-bencana itu terjadi dan di lokas-lokasi mana: data-data itu semua akan sangat bermanfaat bagi penyusunan kerangka mitigasi keberulangan – periodisitas dan juga magnitude bencana yang bisa dipakai untuk mengantisipasinya ke depan, demi masa depan bangsa yang lebih cerah.
Jakarta, 14 Agustus 2012
Jakarta, 22 April 2015
ADB
___________
kemudian diskusi berlanjut dg pertanyaan mas kusnia yg akhirnya berbalas dg saya sbb:
Kang Yayang, adaikata…andaikata leluhur kita duluuuuuu itu sdh punya kebudayaan yg “maju” , kok tidak ada peninggalannya yg awet yg bisa kita jadikan acuan. Gunung Padang dan Gua Pawon juga kalau toh itu dijadikan pijakan bukti kebudayaan saat itu (20rb tahun yl), banyak kontroversi nya. Meskipun misalnya kebudayaan yg berkembang tersapu bencana ber-kali2, kok ndak ada satupun yg ces pleng bisa menunjang teori itu. Di Kalimantan yg relatif sepi dari gunung berapi juga tidak ada peninggalan apa2. Mohon pencerahan ….
___________
mas @Kusnia : prinsip kimia-fisik batuan: kestabilan unsur kimia ada di mineralnya, kestabilan mineral ada di batuannya dan semuanya harus pada kondisi kesetimbangan pembentukannya, oleh karena itulah yg “abadi” sbg materi itu unsur dalam mineral dalam batu ipada kondisi asal pembentukannya.
Nah, peradaban manusia yg memanfaatkan unsur kimia dari mineral dari batu itu cenderung mencerabut materi dari kondisi kesetimbangannya. Mineral2 logam dari batuan2 basa dicampur dg berbagai unsur dr mineral lainnya yg juga diambil dr batu akhirnya menjadi MATERI MATERi BARU BUATAN MANUSIA …. Bom Atom, Bom Hidrogen, baja, monel, alloy, batu2 disemen untuk bangunan dsb ITU SEMUANYA TIDAK STAbIL DI ALaM. Yg stabil dan relatif lebih “abadi” adalah unsur2 yg tetap ada di mineral tetap ada di batu, sementara hasil rekayasa manusia: TiDAK STABiL dan akan punah kembali ke unsur/batu tempat asalnya. Secanggih apapun materi bikinan manusia dr ekstraksi bahan alam tsb.
Makanya seringkali sisa2 kebudayaan masa lampau ug masih bertahan adalah BATU dan GUA GUA BATU pada kondisi asalnya. Hasil rekayasa manusia cenderung luruh dimakan waktu. Kalaupun masih ada yg tersisa …. dan diketemukan manusia skrg: itu disimpan untuk kepentingan kemajuan golongan kelompok sendiri atau direkayasa seolah olah MITOS atau LeGENDa dan tidak masuk dalam main stream publikasi ilmiah yg dikuasai kelompok tertentu!!! Kelompok yg sangat memahami sejarah katastrofi dan kebudayaan tinggi ini!!!
Di Indonesia ada microchip di topeng abad ke 4 SM yg ditemukan di Jombang. ada tumpukan bahan radioaktif di bangunan peninggalan Belanda abad 19 di Lubuk Linggau yg sdh pakai teknologi XRay (pdhl Merrie currie nemuin prinsip xray th 1901 jauh sesudah tahun pembangunan bangunan tsb), adanya terowongan2 Belanda di Gua Jepang Dago Pakar yg nyoba mbongkar peninggalan2 aneh disana, bangunan2 di bawah Gn Padang maupun sadahurip Garut yg selalu coba ditutup2i faktanya oleh pihak yg anti, dan masih banyak lagi yg kalau diuraikan satu2 akan semalam suntuk sendiri kita diskusi
________________
@kang Yayang : understood. Dengan melimpah ruahnya bahan batuan disekitar leluhur kita ratusan ribu thn yg lalu, ndak usah hasil karya yg merekayasa batuan tadi dng “perekat”, tapi yg berbentuk pahatan (seperti di Maya atau seperti Stonehenge, juga ndak ada. Misalnya kepintaran mahluk manusia ini sama (yg bertahan sampai saat ini dan yg punah diterjang bencana2 dulu itu), yg survive sampai hari ini kan mengembangkan kebudayaannya dan teknologinya kan dalam kurun kurang dari 5000 thn. Nah, dng pemisalan mahluk manusia dulu juga sama pinternya (besarnya otak sama), tentunya yg dulu bisa berkembang menyamai hasil manusia yg sekarang survive ini. Iya ndak?
Di sini kok ndak ada bukti peninggalan manusia yg dulu…. Di sini kok ndak ada bukti peninggalan manusia yg dulu….
_______________
Soalnya penelitiannya bertentangan dg main-stream archeology yg menganggap kebudayaan manusia itu linier, yaitu dulu purba skrg modern, pdhl bumi mengajarkan ke kita bhw proses kejadian pembentukan dan penghancuran bumi beserta isinya adalah SIKLUS , bukan Linier. Kalau mengakui ada siklus berarti dulu itu ada purba-modern-hancur-purba-modern-hancur-purba-modern-hancur dst….Jadi gak ada yg berani trang2an meneliti krn gak sesuai dg pakem. Kalau gak ada yg meneliti dan mencari mana bisa ketemu????
Kang, kalo toh siklus, kan juga ada linearnya? Misalnya siklusnya setiap ada bencana besar yg menghentikan / memusnahkan kebudayaan, tapi kan diantara siklus (mungkian 10rb tahun), kebudayaan kan liniear? Mesti nya sdh ada tulisan2 atau peninggalan yg awet? Sdh ada logam dlsb. Sdh bisa nambang minyak?
_____________
Malam ini saya teruskan tuliskan renungan ttg geologi-arkeologi, sambil minum teh diskusi 🙂 dr Kupang
1. Geologi mengajarkan: bumi dibentuk oleh siklus proses2 pertumbuhan (uniformitarianity) disusul kehancuran (katastrofi) ber-ulang2
2. Katastrofi bumi menghasilkan ketidak-selarasan2, spt punahnya dinosaurus 65jt th lalu oleh kiamat kecil bumi krn hantaman meteor, …
3. dan juga human population bottle-neck 74rb th lalu krn meletusnya supervolcano Toba yg membekukan bumi 10th lamanya..
4. Bahkan yg paling barupun yg baru saja kita peringat: meletusnya Tambora 1815 adalah bentuk “kecil” katastrofi yg mengakibatkan banyak peristiwa besar dunia
5. Seperti kalahnya Napoleon di Waterloo, bencana kelaparan s/d 1817 di hampir sebagian besar dunia, dan tentunya hancurnya 3 Kerajaan di Sumbawa, yg baru diketahui sejarahnya setelah penggalian bbrp th yg lalu.
6. Pengingkaran atas siklus geologi yg dipungtuasi ketidak-selarasan2 itu melahirkan kepercayaan buta atas linearisme sejarah peradaban dan teknologi,
trmsuk usaha2 pemalsuan data u/memaksakan konsep pemanasan global smata oleh campurtangan manusia…
dan jalan pintas menghadirkan konsep UFO untuk menerangkan fenomena2 teknologi tinggi masalalu….
7. Konsep linearisme sejarah peradaban&teknologi menganggap hanya ada 1 proses linier: prasejarah – sejarah – modern
8. Smntara itu konsep siklus pertumbuhan-katastrofi-pertumbuhan-katastrofi mengadopsi siklus bumi trmasuk biosfer-ekosistim di dlmnya….. dan manusia trmasuk dlm biosfera-ekosistim bumi itu …
9. Shg dg demikian sejarah peradaban&teknologi bumipun punya lebih dr 1 siklus prasejarah-sejarah-modern…
10. Dg demikian semestinya ada banyak “modernity” terjadi di siklus2 sbelum siklus trakhir dimana kita berada ini..
11. Dg dmikian pula konsep siklus tsb dpt menerangkan LEGENDA dan FIKSI ILMIAH scara berbeda
12. Legenda adalah rembesan cerita peradaban maju dr bawah ketidak-selarasan geologi-budaya masalalu..
yang tidak bisa dinalar oleh logika teknologi masakini …
.. yg notabene sdg menapak berkembang maju dr titik nol ketidakselarasan geologi-budaya yg terakhir di masa-lalu.
13. Fiksi ilmiah adlh dejavu kesadaran budaya masakini yg dirasuki kerinduan samar2 atas bayangan kemajuan teknologi masa-lalu… yg brasal dr bawah ketidak-selarasan geologi-budaya terakhir dlm kurun waktu….
14. Mungkin saja Adam yg ditulis di Kitab2 Suci itu adalah “Manusia Pertama” yg ke 25 atau ke 40, krn kalau kita benar percaya pada kitab suci maka kita juga hrs percaya bhw Malaikat protes ke Tuhan knp Tuhan menciptakan Manusia yg nyata2 (teknologinya) telah pernah bikin kerusakan di bumi …..
15. Dan kalau kita percaya juga ke Kitab2 suci mustinya kita juga percaya bahwa di jaman Nabi Sulaiman sdh ada manusia yg menguasai teknologi TELEPORTASI, yaitu orang yg sanggup memondahkan singgasana Ratu Bilqis sebelum satu kedipan mata. Lalu kenapa kita semua mengingkari?
16. Perang Baratayudha adalah perang nuklir, Cupu Manik Astagina yg diperebutkan Dewi Anjani, Sugriwa dan Subali adalah IPad, Atlantis adalah Sundaland -daratan antara Sumatra, Kalimantan, Jawa, dll, dsb, akan saya bahas dalam renungan lebih lanjut
17. Moga renungan malam ini manfaat buat para penjelajah bumi yg tdk mau trpaku pd mainstream kaku ilmu yg “disesatkan” oleh kelompok tertentu spy mrk bisa kuasai sendiri.
18. Dan buat adik-adik, anak-anak, saudara2ku di AMC, teruslah berjalan di muka bumi, pelajarilah apa yg sdh dibentangkan oleh Tuhan untuk kita pelajari, termasuk sisa-bekas-cerita dr orang-orang terdahulu ….. agar kita makin tunduk, pada Yg Maha Sutradara ….
_____________
@kang Yayang : artinya dulu sdh ada peradaban yg sama atau bahkan lebih maju dari peradaban saat ini. But, there is no trace what so ever yg bisa kita nikmati atau saksikan saat ini di tanah kita ini. Budaya setinggi itu tentunya meninggalkan tulisan2 atau benda2 yg awet. If we experience once again such a catastrophic like before sekarang ini tentunya banyak benda2 hasil budaya saat ini yg akan tertinggal dan dapat diketemukan oleh manusia di siklus berikutnya…..
___________________
mas Kus aku sdh coba jawab pertanyaan knp HILANG TANPA JEJAK itu dg posting yg kedua yg trkait dg prinsip kimia fisika dan kalaupun ada yg tertinggal tetap jadi fenomena “side-stream” (bkn mainstream) , jadi “forbidden archaeology”, gak dimuat di jurnal2, dianggap mitos, dianggap legenda, ditutup-tutupi, dsb. Untuk lebih paham soal kimia fisika setelah bencana ataupun setelah manusia “punah” itu coba sampeyan lihat “World without Humans” National Geographic Channel (channel.nationalgeographic.com › videos
Mobile-friendly – If mankind were to disappear from the Earth, buildings would begin to crumble under natural stresses.) ….
Channel Homepage
channel.nationalgeographic.com