Suku Wajak dari Jawa migrasi ke Jepang sekitar 20.000 tahun lalu
Resminya Jepang mengakui asal mula bangsa Jepang berasal dari Jomon (=Jowo / Jawa) yang bermigrasi 20.000-50.000 tahun lalu yang menyebar melalui jalur Okinawa – Hokaido dan sebagian berasal dari gelombang migrasi dari Hanoi (Vietnam) melalui jalur Okinawa. Riset ini diumumkan dalam laporan khusus kantor berita nasional Jepang NHK yang bekerjasama University of Tokyo University Museum Prefectural Museum of Art, Museum, National Museum of Nature and Science, berdasarkan penelitia terhadap kerangka manusia dan DNA serta bukti-bukti temuan perkakas kehidupan pra-sejarah Jepang.
Pada waktu itu, permulaan zaman es, permukaan laut adalah jauh lebih rendah dari sekarang sekitar 70 m, telah menjadi lahan yang sangat luas yang disebut #Sundaland Asia Tenggara. Manusia pertama di Asia telah menyebar ke daerah ini, maka beberapa pergi ke Australia dan Melanesia. Hal ini diyakini bahwa orang juga menyebar ke Asia Timur juga bergerak ke utara (kepulauan Jepang).
“Kedatangan Suku Wajak”
Antropolog Baba Hisao (馬 場 悠 男) setelah melakukan penelitian menyatakan tengkorak Minatogawa Man paling mirip dengan tengkorak tengkorak Wajak I dari Jawa Tengah.
Apa yang disebut teori oleh Fujita tersebut dipaparkannya dalam seminar “Hubungan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang Periode Jomon (Perjalanan Suku Jawa ke Jepang dan Perubahan Bahasa Jepang)” di Nice Center Surabaya pada 15 Februari 2014.
Fujita antara lain mengatakan, orang-orang Suku Wajak dari Jawa telah datang ke Jepang sekitar 20.000 tahun yang lalu. Namun karena belum ada peta, mereka tidak tiba-tiba langsung datang ke Jepang. Pada zaman Jomon –setelah zaman batu dari tahun 10000 hingga tahun 300 Sebelum Masehi– mereka menyeberangi lautan menggunakan sampan yang dibuat dari pohon besar yang dilubangi.
“Di Okinawa|沖縄 sampan tersebut dinamakan sabani. Sabani berasal dari kata bahasa Indonesia sabasani. Orang-orang yang membuat perahu pertama kali di Jepang adalah orang-orang yang berbahasa ibu Indonesia,”
Dikatakan pula, di Pulau Tokunoshima di dekat Okinawa Pernah Ada:’ ditemukan sebuah batu bundar dari lapisan tanah. Batu untuk membuat sampan itu diperkirakan berusia 12.000 tahun. Batu yang serupa juga ditemukan di Pulau Selatan (wilayah Jepang sekarang).
Kata Fujita. Bentuk batu tersebut umum ditemukan di Jawa. Waktu orang-orang Wajak tersebut menempuh perjalanan jauh dengan sampan, kata Fujita, mereka berlayar menyusuri pantai untuk menghindari badai dan agar dapat segera merapat ke pantai.
Fujita kemudian menyebut legenda-legenda dan mitos Jepang, yang dikatakannya banyak datang dari orang-orang negeri selatan. Mitos tentang dewa matahari berasal darikepercayaan menyembah matahari juga berasal mitos dari negeri selatan. Di Jepang juga ada legenda yang mirip legenda “#Sangkuriang”.
Bentuk asal kuil di Jepang disebutnya mirip dengan atap gudang di negeri-negeri selatan. Bentuk atap tinggi di Indonesia terdiri atas empat atau enam tiang. Ini bangunan untuk menyimpan gabah baru guna mengundang nenek moyang dan dewa-dewa, sesaji persembahan sebagai tanda bersyukur atas hasil panen. Gudang tinggi tersebut disebut hokura. Pada zaman Jomon, agar makanan bisa tersimpan lama, dibuatlah gudang yang tinggi. Tahun-tahun berikutnya bentuk gudang tinggi itu diadopsi menjadi arsitektur kuil.
👉 kesamaan Bahasa
Kata-kata bahasa Indonesia yang mirip dengan bahasa Jepang antara lain adalah mundur, yang dalam bahasa Jepang adalah modoru. Kata masakan dalam bahasa Jepang adalah masaka, kata takabur sama dengan takaburu, dan kata makanan adalah makanau dalam bahasa Jepang. Masih banyak contoh lain. Kata kota (Indonesia) mirip dengan koto (Jepang) dan kata karena (Indonesia) sama dengan kara dan karana (Jepang).
(Historiana/NHK)