TAPROBANA
Debat terjadi di Australian National Library (ANL) Map Gallery selama bulan Januari-Maret 2008 atas peta Taprobana yang dibuat oleh Sebastian Munster tahun 1580. Bandu de Silva dalam penjelasannya mengenai debat itu mengungkapkan sejumlah alasan mengapa debat itu terjadi lagi: Taprobana terlalu besar digambarkan sebagai Sri Lanka yang jelas-jelas cuma sekedar pulau kecil di selatan India dan posisinya tidak begitu tepat, sehingga lebih cocok bila Taprobana itu Sumatra.
Lagipula jalur gunung api yang melintasinya, lebih cocok merujuk pada Sumatra daripada Sri Lanka. Peta yang dibuat oleh Munster diproduksi berdasarkan peta Ptolemy yang dibuat abad ke-2 dan ditemukan kembali di Timur Tengah sekitar tahun 1400.
Frank Haselein, sejarawan Jerman menulis pada tahun 2007 bahwa Taprobana yang ditulis oleh Ptolemy sebenarnya adalah Kalimantan (Borneo). Dalam penjelasannya (http://wwwuser.gwdg.de/%7EQasele/ptolemaeus/Frames/Taprobana.html#top), Haselein merujuk pada luasan wilayah Taprobana yang semestinya sebanding dengan luas pulau Kalimantan.
Bukti-bukti yang semakin hari ditemukan, semisal temuan situs Labu Tua di Barus oleh tim Claude Gillot, menunjukkan bahwa Sumatra memang merupakan pulau yang “penting dan fantastis bagi dunia” sama seperti pandangan Marsden, dan oleh karenanya ada kaitan antara Taprobana dengan Sumatra, karena Ptolemy sendiri menulis Taprobana mempunyai sebuah tempat bernama Barusai (atau kemudian ditulis dengan beragam nama seperti Barus, Barru, Baruga), penghasil kapur barus (Canfora Fansuri) atau ”Kafur Barus”, ”Kafur Fansur”, ”Kafur Barus min Fansur” yang telah menjadi idiom kemewahan para Raja dan bangsawan di Yunani, Romawi, Mesir, Persia dan lainnya. Kedudukan Barus lebih kurang seperti kedudukan Paris saat ini yang terkenal dengan inovasi minyak wangi mewahnya. Kapur barus ini sudah digunakan bangsa Mesir untuk membalsam mayat Firaun. Dan kapur ini bukan di Kampar (daerah Riau) seperti yang ditulis oleh Marsden, tetapi lebih ke utara, di Barus (daerah Tapanuli).
OPHIR
Negeri Ophir adalah negeri yang dikenal sebagai penghasil emas yang dipersembahkan oleh Hiram, Raja Tirus, kepada Raja Sulaiman. William Marsden mengatakan, tidak mungkin ada kaitan antara Ophir dengan Sumatra. Tirus dikenal sebagai pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Timur Jauh adalah seluruh negeri yang berada di jalur pemasaran, termasuk Sumatra yang dikenal dengan hasil emasnya. Sehingga masih ada kemungkinan bahwa negeri Ophir yang dimaksud adalah Sumatra.
FANSUR
Ketika memeriksa catatan-catatan perjalanan Arab, William Marsden anehnya luput saat menerjemahkan keberadaan Fansur. Ia tidak menunjuk pada Barus yang berada di Tapanuli Tengah, tetapi malahan mengasosiasikan Fansur dengan tempat lain.
Padahal sudah banyak bukti yang mengarah ke Barus, yang lewat temuan yang paling terakhir dicatat sebagai tempat awal penyebaran Islam di Sumatra. Fansur adalah nama lain dari Barus, Barru, Baruga, Barrusai. Tempat yang begitu penting sampai Marco Polo menulis demikian dalam jurnalnya:
“You then come to another kingdom which is called FANSUR. The people are Idolaters, and also call themselves subjects of the Great Kaan; and understand, they are still on the same Island that I have been telling you of. In this kingdom of Fansur grows the best Camphor in the world called Canfora Fansuri. It is so fine that it sells for its weight in fine gold.”
Pengarisbawahan itu merupakan sebuah gambaran betapa berharganya kapur barus pada saat itu. Bagaimana mungkin William Marsden abai atas informasi ini?
LAMBRI
Jabaran semakin kacau waktu William Marsden menyentuh soal Lambri. Mengenai kota Lambri ini, juga ada dalam catatan Marco Polo yang berbunyi:
“When you leave that kingdom you come to another which is called LAMBRI.
The people are Idolaters, and call themselves the subjects of the Great Kaan. They have plenty of Camphor and of all sorts of other spices… Now you must know that in this kingdom of Lambri there are men with tails; these tails are of a palm in length, and have no hair on them. These people live in the mountains and are a kind of wild men. Their tails are about the thickness of a dog’s. There are also plenty of unicorns in that country, and abundance of game in birds and beasts. Now then I have told you about the kingdom of Lambri.”
Menarik bukan bahwa di Lambri dikenal orang berekor, ekornya sepanjang telapak tangan dan tidak berbulu. Tinggalnya di hutan dan jenis liar. Apakah ini bekantan? Bisa jadi. Lalu ada juga “unicorn”, jangan dibayangkan mahluk fantasi kuda bertanduk itu yah, tetapi ini sesungguhnya adalah badak bercula satu.
Bagaimana mungkin Lambri diartikan berbeda dengan Al-Rammi oleh Marsden? Padahal semuanya merujuk pada hal yang sama. Lambri atau dikenal dengan nama lain sebagai: Ramni (Abu Zaid Hasan), Lamuri (Prapanca), Lanpoli (Ma-Huan) dan Lambry (Tome Pires) sebenarnya merujuk pada kerajaan yang sama pentingnya seperti Barus, Perlak, dan Pase. Berdasarkan temuan arkeolgis berupa keramik Cina dan studi geologi, Lambri terletak di Lambaro, di daratan Kuala Pancu, berdekatan dengan Lhok Lambaro.
Sumber:
http://lankapura.com/2008/09/ancient-map-ceylon-taprobana/
https://sudahkahkaubaca.wordpress.com/2009/05/31/cahaya-yang-tampak-terang-di-pulau-yang-sangat-penting-itu/
http://atlantisjavasea.com/2015/09/26/taprobana-is-not-sri-lanka-nor-sumatera-but-kalimantan/
http://sejarahugm2013.blogspot.co.id/2013/11/textual-empires-introduction-oleh.html
Leave a Reply