HIS STORY (kata nya)
“15 armada Belanda menyerbu Batavia dan menduduki Indonesia.” Itu yang tertulis di buku sejarah umum. Sampai saya sadar, “15? Hanya 15 armada?! Bagaimana mungkin 15 armada yang mungkin hanya berisi kurang dari 1000 orang bisa menduduki Batavia dan menguasai Indonesia?!”
Ternyata mereka VOC! Perusahaan dagang lintas negara! Mereka memang datang dengan pasukan pengamanan, tapi mereka datang untuk berdagang!
Lalu siapa yang mengatakan kita dijajah?!
Ternyata para bangsawan dan penguasa kita sendiri!
Tidak ada tanam paksa. VOC datang memberikan daftar komoditas yang sangat dicari di Eropa. Mereka membayar para bangsawan, demang, dan penguasa daerah untuk menyuruh para petani menanamnya. Tapi para penguasa itu tak pernah memberikan uang itu ke para petani dengan dalih, “Kita dijajah! Kita tidak punya pilihan!”
Bagaimana mungkin penjajahan justru membuat para bangsawan, demang, tuan tanah, dan penguasa daerah itu kaya raya? Bagaimana mungkin tanah mereka semakin hari semakin luas? Bagaimana mungkin penjajah tidak merampas harta mereka kalau mereka benar dijajah? Bagaimana mungkin mereka masih memakai mahkota dan hidup bergelimang harta jika mereka dijajah?
Sebaiknya, mereka menjadi raja-raja kecil yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke Eropa. Anak-anak bangsawan itu justru bekerja sama dan menjalin pertemanan dengan orang-orang yang mereka sebut penjajah. Bagaimana mungkin?!
Penjajahan yang sebenarnya terjadi di jaman Jepang. Perang dunia membutuhkan banyak biaya. Para bangsawan dan tuan tanah itu meradang. Semua hartanya disita. Tapi rakyat jelata tetap paling menderita. Untung Jepang tak sempat menguras habis harta mereka. Para tuan tanah, bangsawan, dan raja-raja itu bersorak kegirangan ketika Sekutu meluluh lantakkan Hiroshima-Nagasaki.
Lalu bagaimana peperangan-peperangan kedaerahan itu bisa terjadi?
Karena para bangsawan, demang, dan raja-raja itu kelewat tamak. Mereka menaikkan harga jual padahal tak sepeserpun uang itu diberikan ke petani yang bekerja sampai mati. Hampir semua peperangan itu karena masalah uang dan pelanggaran perjanjian dagang. Para bangsawan, demang, dan raja-raja itu lantas menghasut para petani dan rakyatnya untuk melawan dengan dalih yang sama, “Kita dijajah! Kita harus melawan!”
Para petani dan rakyat miskin tak punya pilihan. Mereka mati sia-sia agar tuan-tuan tanah, bangsawan, dan raja-rajanya tetap hidup mewah dan tak kekurangan harta.
Sampai sekarang, politisi-politisi itu sibuk mencari pengakuan bahwa mereka adalah bangsawan yang layak menjadi tuan dan majikan bagi orang miskin dan rakyat jelata. Mereka menambahkan gelar-gelar feodal agar kau takut dan nyalimu ciut.
Mereka yang menjualmu adalah mereka yang mengaku menjadi teladan dan pelindungmu. Ratusan tahun mereka hanya memanfaatkan kebodohan dan ketakutanmu. Mereka menciptakan kasta agar kau tak pernah jadi bagian dari mereka. Mereka membangun tembok tinggi-tinggi agar kau tidak melompati takdirmu.
Kau tak butuh bajingan-bajingan yang berlaku tuhan dan berlagak bangsawan. Kau tak butuh penjajahan berkedok tradisi dan kesopanan. Lawan segala bentuk penundukkan mental. Tak ada darah biru, utusan langit, orang suci, dan kotoran binatang lainnya. Kita semua setara dan merdeka.
Feodalisme harus mati!
“Men will never be free until the last king is strangled with the entrails of the last priest.” ~ By Denis Diderot