Dokumen Arab dan Persia awal melaporkan bahwa pulau-pulau Andaman dihuni oleh suku-suku ganas. Kemudian penjelajah India dan Eropa menjauhi pulau-pulau ini untuk menghindari suku-suku yang ganas ini.
Marco Polo menyebut mereka “Masarakat yang paling keras dan kejam yang tampaknya memakan semua orang yang mereka tangkap”. Suku Sentinelese, merupakan penduduk pulau bagian Utara Sentinel kecil, adalah satu-satunya suku yang tersisa di rantai Andaman yang mampu mempertahankan isolasi mereka. Sejak tahun 1967 pemerintah India telah berusaha untuk melakukan kontak dan mengajak damai dengan Sentinelese dibawah naungan penelitian antropologi . “Ekspedisi Kontak” ini terdiri dari serangkaian kunjungan dengan membawa makanan seperti kelapa dan barang-barang yang diperkirakan dibutuhkan oleh suku Sentinelese, dengan tujuan untuk membujuk agar suku Sentinelese agar menghilangkan adat permusuhan mereka kepada orang luar. Hampir semua upaya ini disambut dengan hujan anak panah dan batu!
Foto ini diambil tepat setelah Sunami 26 Desember 2004 Dari Helikopter. Tampak Seorang Sentinelese berusaha mengusir Helikopter. Pada pertengahan tahun 2006 para pemanah suku Sentinelese berhasil menewaskan dua orang nelayan dan merebut kapalnya, setelah dua nelayan tersebut melakukan aktifitas di bagian dalam pulau tersebut. Suku ini juga mengusir sebuah helikopter yang akan mengambil kedua jenazah nelayan tersebut dengan menghujani anak panah. Sampai saat ini tidak ada upaya yang sangat terencana untuk memasuki pulau tersebut. Bahkan akses untuk menuju ke pulau tersebut dilarang keras, karena dikhawatirkan akan memakan korban jiwa lagi.
Semua pengetahuan tentang suku terasing ini semua dilakukan dari jarak jauh. Karena ditakutkan memakan korban jiwa. Pulau yang dihuni oleh suku Sentinel ini berada dikawasan Asia Tenggara di sekitar kepulauan Andaman. Bagi orang asing yang coba memasuki kawasan tersebut dipastikan akan mendapat serangan yang tak terduga dari suku ini. Suku ini diklasifikasikan sebagai kelompok negritos, sebuah kelompok yang yang memiliki karakteristik seperti orang Afrika yang berkulit hitam dan berambut jagung.
Orang -orang Sentinelese tidak mengenakan pakaian, hanya memakai daun, dawai serat atau bahan sejenis sebagai hiasan. Bando yang terbuat dari tanaman merambat tampaknya menjadi mode di kalangan pria. Tidak ada tanda-tanda pertanian di pulau itu. Sebagian besar alat dan senjata mereka terbuat dari batu dan tulang hewan, dan tampaknya suku Sentinelese memanfaatkan kepingan-kepingan logam yang terdampar di pantai mereka.
Karena tidak adanya pengamatan secara langsung, Populasi pulau Sentinel Utara diperkirakan mencapai 250 orang. Setelah tsunami Samudera Hindia tahun 2004, ada ketakutan bahwa Sentinelese mungkin telah hancur, namun mereka tampaknya telah selamat acara relatif tanpa cedera. sepertinya mereka memang tidak membutuhkan orang luar untuk membantu mereka. Oleh karena itu, mengapa kita tidak menghormati pilihan mereka untuk tidak berhubungan dengan orang luar seperti kita?
[…] atlantis-indonesia.org […]